TUGAS
BAHASA INDONESIA
RAGAM BAHASA
Disusun
Oleh :
Kelompok 1
ANI YUSNIA 15101339
GUSTI AYU PUTU ULAN 15101324
NI PUTU NOVI GANTARI 15101096
PUTU AYU SURYA NINGSIH 15101351
NI WAYAN WIKAYANTI 15101017
I WAYAN RENO JANU ASTA 15101164
TUHURRAHMAN 14101461
TEKNOLOGI
INFORMASI
STIMIK
STIKOM INDONESIA
DENPASAR 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua, , sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah pada mata kuliah Bahasa Indonesia ini tepat waktu.
Makalah dengan judul “Ragam Bahasa” ini kami susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diberikan oleh Ibu Ni Luh Pt
Agetania , S.Pd, M.Pd.
Kami mengucapkan terimakasih kepada anggota kelompok 1 yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
dengan kerendahan hati, kami memohon maaf.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Denpasar, 21 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B.
Rumusan
Masalah 1
C. Tujuan Penelitian
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pentingnya Bahasa 2
B. Pengertian Ragam Bahasa
3
C. Sebab terjadinya Ragam
Bahasa
4
D. Macam-macam Ragam
Bahasa 4
1. Ragam Bahasa berdasarkan media 5
2.
Ragam Bahasa Indonesia dari cara pandang
penutur 12
3.
Ragam Bahasa Indoneisa menurut topik
pembicaraan
14
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
18
B.
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah
dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia,
namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar,
salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai
dengan Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan
tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara
menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan
benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak
hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib
mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia dimana ragam
bahasa yaitu variasi bahasa Indonesia yang digunakannya berbeda-beda. Ada ragam
bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan
adalah ragam bahasa lisan , karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Misalkan berbicara, puisi, pidato, ceramah, dan lain-lain.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah pentinganya bahasa?
2. Apakah yang dimaksud dengan Ragam Bahasa?
3. Apakah sebab terjadinya Ragam Bahasa?
4. Apa saja macam-macam Ragam Bahasa?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa pentingnya bahasa
2. Memahami apa itu ragam Bahasa
3. Mengetahui sebab terjadinya Ragam Bahasa
4. Memahami macam-macam ragam Bahasa
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pentingnya Bahasa
Manusia merupakan makhluk sosial. Makhluk yang tidak dapat hidup sendiri
atau individu. Manusia sangat membutuhkan manusia lain dalam menjalankan aktivitas.
Salah satu contoh penggunaan bahasa yaitu komunikasi dengan orang lain.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia secara terminology mengartikan bahasa sebagai
sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat
untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri. Gorys Keraf
(1994:1) memberikan pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa
juga mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal dan arti atau makna. Bahasa sebagai
bunyi vokal berarti sesuatu yang dihasilkan oleh alat ucap manusia berupa bunyi
yang merupakan getaran yang merangsang alat pendengar. Sedangkan bahasa sebagai
arti atau makna berarti isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang
menyebabkan reaksi atau tanggapan orang lain.
Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat Indonesia. Bahasa
juga menunjukkan perbedaan antara satu penutur dengan penutur lainnya, tetapi
masing-masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu kesatuan sehingga
mampu menyesuaikan dengan adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat. Selain itu,
fungsi bahasa juga melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan juga
melambangkan perasaan, kemauan bahkan dapat melambangkan tingkah laku seseorang.
Tanpa adanya bahasa didalam kehidupan bermasyarakat, maka kita akan
sulit untuk menyampaikan maksud dalam melakukan suatu tindakan. Baik itu secara
langsung melalui ucapan yang keluar dari ucapan kita, ataupun tulisan yang kita
tulis untuk disampaikan.
Pada
dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan
kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai
alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan
beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat
untuk melakukan kontrol sosial.
B. Pengertian
Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang
yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh
penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang
biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis,
perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi
(seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok,
yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti
di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku.
Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita
tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Ditinjau
dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa
terdiri dari:
1. Ragam bahasa lisan
2. Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem
sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya,
dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita
menggunakan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita menggunakan tata cara
penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis
ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya
huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan
bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa
itu berkembang menjdi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak
identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada kedekatan aspek tata
bahasa dan kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang
berbeda satu dari yang lain.
C. Sebab
Terjadinya Ragam Bahasa
Ragam bahasa timbul seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu
berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannnya. Agar banyaknya
variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien,
dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk
keperluan tertentu yang disebut ragam standar.
D.
Macam-Macam
Ragam Bahasa
Ragam
bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena penggunaan bahasa sebagai alat
komunikasi tidak terlepas dari latar budaya penuturnya yang berbeda-beda.
Selain itu, pemakaian bahasa juga bergantung pada pokok persoalan yang
dibicarakan serta keperluan pemakainya.
1.
Ragam
bahasa berdasarkan media yaitu:
a.
Ragam
Lisan
b.
Ragam
tulisan,
2.
Berdasarkan cara pandang atau penutur yaitu :
a. Ragam Dialek,
b. Ragam terpelajar
c. Ragam resmi, dan ragam tidak resmi,
3.
Berdasarkan
topic pembicaraan yaitu :
a. ragam politik
b. ragam hukum
c. ragam pendidikan
d. ragam sastra
1. Ragam Bahasa Berdasakan Media
Ragam Lisan
Ragam bahasa baku
lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di
dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri
kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan
dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan
lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan
dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi
tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis.
Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan
ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan
sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan
ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ciri-ciri
ragam lisan:
·
Memerlukan
orang kedua/teman bicara;
·
Tergantung
situasi, kondisi, ruang & waktu;
·
Tidak
harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
·
Berlangsung
cepat;
·
Sering
dapat berlangsung tanpa alat bantu;
·
Kesalahan
dapat langsung dikoreksi;
·
Dapat
dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
·
Di
pengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Contoh ragam lisan
Penggunaan Bentuk Kata :
– Nia sedang
baca surat kabar.
– Ari mau
nulis surat.
– Tapi kau
tak boleh nolak lamaran itu.
– Mereka
tinggal di Medan.
– Jalan
layang itu untuk mengatasi kamacetan lalu lintas
Penggunaan
Kosa Kata
– Alzeta
bilang kalau kita harus belajar.
– Kita harus
bikin karya tulis.
– Saya sudah
kasih tahu mereka tentang hal itu.
Penggunaan Struktur Kalimat
– Rencana ini
sudah saya sampaikan kepada Direktur.
– Dalam “Asah
Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Jakarta
Ragam
Tulis
Dalam penggunaan
ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh
situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku
tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan
kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan
unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa tulis
adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan media tulis seperti kertas
dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan
tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis,
kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata atau pun
susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan
penggunaan tanda baca daam mengungkapkan ide. Ragam tulis yang standar kita
temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan.
Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan,
atau poster.
Ciri-ciri ragam tulis :
1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.
2. Bersifat objektif.
3. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang
serta waktu.
4. Mengemban konsep makna yang jelas.
5. Harus memperhatikan unsur gramatikal.
6. Berlangsung lambat.
7. Jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya
juga jelas, dan runtut.
8. Selalu memakai alat bantu.
9. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi.
10. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka,
hanya terbantu dengan tanda
baca.
Ketentuan-ketentuan ragam tulis :
1.
Memakai
ejaan resmi.
2.
Menghindari
unsur kedaerahan.
3.
Memakai
fungsi gramatikal secara eksplisit.
4.
Memakai
bentuk sintesis.
5.
Pemakaian
partikel secara konsisten.
6.
Menghindari
unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah
Kelebihan
ragam bahasa tulis :
1. Informasi yang disajikan bisa pilih untuk
dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan.
2. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan
kehidupan masyarakat.
3. Sebagai sarana memperkaya kosakata.
4. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud,
membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan
wawasan pembaca.
Kelemahan
ragam bahasa tulis :
1. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian
seperti bahasa lisan tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih
sempurna.
2. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas,
jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap
cendrung miskin daya pikat dan nilai jual.
3. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak
dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan
diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Contoh
ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan
tata bahasa dan kosa kata):
·
Tata
Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
Ragam bahasa lisan:
– Nia sedang
baca surat kabar
– Ari mau
nulis surat
Ragam bahasa tulis:
– Nia sedang
membaca surat kabar.
– Namun,
engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
– Mereka
bertempat tinggal di Menteng
– Akan saya tanyakan
soal itu.
Kosa
kata
Contoh
ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:
Ragam
Lisan
– Ariani
bilang kalau kita harus belajar
– Kita harus
bikin karya tulis
– Rasanya
masih terlalu pagi buat saya, Pak
Ragam
Tulis
– Ariani
mengatakan bahwa kita harus belajar
– Kita harus
membuat karya tulis.
– Rasanya
masih terlalu muda bagi saya, Pak.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa
standar, semi standar dan nonstandar. Bahasa ragam standar memiliki sifat
kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak
bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di
bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis
laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Pembedaan
antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan:
§ Topik yang sedang dibahas,
§ Hubungan antarpembicara,
§ Medium yang digunakan,
§ Lingkungan, atau Situasi saat pembicaraan
terjadi
Ciri
yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandard adalah
sebagai berikut:
§ Penggunaan kata sapaan dan kata ganti
§ Penggunaan kata tertentu
§ Penggunaan imbuhan
§ Penggunaan kata sambung (konjungsi)
§ Penggunaan fungsi yang lengkap
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam
standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita
hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu,
Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan
menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar,
kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai
perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar,
digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu
tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus
menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar
dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena
situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang
nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi
terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke
mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk
menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang juga
muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Misalnya, pembeda
intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam
ragam tulis. Beberapa penyusun buku seperti E.Zaenal Arifin dan S.Amran Tasai
(1999:18-19) mengatakan bahwa pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan
terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar
warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan
norma bahasa dalam penggunaannya atau ragam bahasa yang dipakai jika kawan
bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau jika topik pembicaraan
bersifat resmi (mis. Surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan
teknis), atau jika pembicara dilakukan didepan umum.
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh
ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Ragam baku itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kemantapan
dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau katarasa dibubuhi
awalan pe-, akan terbentuk
kata perasa. Kataraba dibubuhi pe-, akan terbentuk
kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa,
kata rajin dibubuhi pe-, akan menjadi perajin,
bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata
pengrajin tidak dapat kita terima.Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku.
Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko
tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebutlangganan dan orang
yang berlangganan itu disebut pelanggan.
b) Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada
tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar.
Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak
melalui jalur pendidikan formal (sekolah). Di samping itu, ragam baku dapat
dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau
penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam
otak pendengar atau pembaca.
c) Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa
ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain,
pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik
keseragaman. Pelayan
kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan
pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal
terbang disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu
seragam, kata itu menjadi ragam baku.
Akan
tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini
tidak disepekati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat
ialahpramugara atau pramugari.
Dalam berbahasa Indonesia, kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam
tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu muncul ragam baku tulis
dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi
dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang
mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu dilakukan dengan
menerbitkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan.
Dalam masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam baku lisan ini
bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan.
Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak
terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.
2. Ragam
Bahasa Indonesia dari cara pandang atau penutur
Berdasarkan
cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi menjadi empat, yaitu: Ragam Dialek,
Ragam Terpelajar, Ragam Resmi, dan Ragam Tidak resmi.
a.
Ragam
Dialek
Ragam
daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok banhasawan
ditempat tertentu(lihat Kridalaksana, 1993:42). Dalam istilah lama disebut
dengan logat.logat yang paling menonjol yang mudah diamati ialah lafal (lihat
Sugono, 1999:11). Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan
/b/pada posisi awal nama-nama kota, seperti mBandung, mBayuwangi,atau
realisai pelafalan kata seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an,
gera’an. Logat daerah paling kentara karena tata bunyinya. Logat indonesia
yang dilafalkan oleh seorang Tapanuli dapat dikenali, misalnya, karena tekanan
kata yang amat jelas; logat indonesia orang bali dan jawa, karena pelaksanaan
bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-ciri khas yang
meliputi
tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi bahasa membangun aksen
yang berbeda-beda.
b.
Ragam
Terpelajar
Tingkat
pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai penggunaan bahasa indonesia.
Bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan tampak
jelas perbedeaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak
berpendidikan. Terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing,
seperti contoh dalam tabel berikut.
|
Tidak
Terpelajar
|
Terpelajar
|
|
Pidio
|
Video
|
|
Pilem
|
Film
|
|
Komplek
|
Kompleks
|
|
Pajar
|
Fajar
|
|
Pitamin
|
Vitamin
|
c. Ragam Resmi dan Tidak Resmi
Kedua ragam bahasa tersebut akan dijelaskan
secara rinci sebagai berikut.
·
Ragam
resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam
situasi resmi, seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan
undangan-undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
Ø Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit
dan konsisten;
Ø Menggunakan imbuhan secara lengkap;
Ø Menggunakan kata ganti resmi;
Ø Menggunakan kata baku;
Ø Menggunakan EYD;
Ø Menghindari unsur kedaerahan.
Ø Ragam tidak resmi
·
Ragam
Tidak resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi takresmi, seperti dalam
pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan
pribadi (lihat Keraf,1991:6). Ciri- ciri ragam bahasa tidak resmi
kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa bahasa tidak resmi
ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal.
Ragam bahasa resmi
atau takresmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa yang digunakan. Semakin
tinggi tingkat kebakuan suatu bahasa, derarti semakin resmi bahas yang
digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula tingkat keformalannya, makin rendah
pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan- (lihat Sugono, 1998:12-13). Contoh:
Bahasa yang digunakan oleh bawahan kepada atasan adalah bahas resmi sedangkan
bahasa yang digunakan oleh anak
muda adalah ragam bahasa santai/takresmi.
3. Ragam
bahasa Indonesia menurut topik pembicaraan.
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa dibagi menjadi: ragam
politik, ragam hukum, ragam pendidikan, ragam jurnalistik, dan Ragam sastra dan
sebagainya. Kelima jenis ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci
sebagai berikut.
v Ragam politik
Bahasa
politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata dan
mengatur kehidupan masyarakat. dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu
sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan
bahasa di masyarakat.
v Ragam hukum
Salah satu ciri
khas dari bahasa hukum adalah penggunaan kalimat yang panjang dengan pola
kalimat luas. Diakui bahwa bahasa hukum Indonesia tidak terlalu memperhatikan
sifat dan ciri khas bahasa Indonesia dalam strukturnya. Hal ini disebabkan karena
hukum Indonesia pada umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis pada zaman
penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang sangat
sulit menggunakan kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa
hukum kejelasan norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan penjelasan yang
lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.
v Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam sosial dapat
didefinisikan sebagai ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan
atas kesepakantan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam
masyarakat. Ragam sosial membedakan penggunaan bahasa berdasarkan hubungan
orang misalnya berbahasa dengan keluarga, teman akrab dan atau sebaya, serta
tingkat status sosial orang yang menjadi lawan bicara. Ragam sosial ini juga
berlaku pada ragam tulis maupun ragam lisan. Sebagai contoh orang takkan sama
dalam menyebut lawan bicara jika berbicara dengan teman dan orang yang punya
kedudukan sosial yang lebih tinggi. Pembicara dapat menyebut “kamu” pada lawan
bicara yang merupakan teman tetapi takkan melakukan itu jika berbicara dengan
orang dengan status sosial yang lebih tinggi atau kepada orang tua.
Ragam fungsioanal,
sering juga disebut ragam professional merupakan ragam bahasa yang diakitkan
dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.
Sebagai contoh yaitu adanya ragam keagamaan, ragam kedokteran, ragam teknologi
dll. Kesemuaan ragam ini memiliki fungsi pada dunia mereka sendiri.
v Ragam jurnalistik
Bahasa Jurnalistik
adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia persurat-kabaran (dunia pers =
media massa cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah
bahasa yang dipergunakan oleh seluruh media massa. Termasuk media massa audio (radio),
audio visual (televisi) dan multimedia (internet). Hingga bahasa jurnalistik
adalah salah satu ragam bahasa, yang dibentuk karena spesifikasi materi yang
disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa
ringkas.
Ragam ringkas mempunyai sifat-sifat
umum sebagai berikut.
ü Bahasanya padat
ü Selalu berpusat pada hal yang dibicarakan
ü Banyak sifat objektifnya daripada
subjektifnya
ü Lebih banyak unsure pikiran daripada perasaan
ü Lebih bersifat memberitahukan daripada
menggerakkan emosi
Tujuan utama ialah supaya pendengar/pembaca tahu atau mengerti. Oleh
karena itu, yang diutamakan ialah jelas dan seksamanya. Kalimat-kalimatnya
disusun selogis-logisnya.
Bahasa
jurnalistik ditujukan kepada umum, tidak membedakan tingkat kecerdasan,
kedudukan,
keyakinan, dan pengetahuan.
v Ragam sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur,
konotatif, kreatif dan inovatif. Dalam bahasa yang beragam khusus terdapat
kata-kata, cara-cara penuturan, dan ungkapan-ungkapan yang khusus, yang kurang
lazim atau tak dikenal dalam bahasa umum. Bahasa sastra ialah bahasa yang
dipakai untuk menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan
angan-angan, penghayatan batin dan lahir, peristiwa dan khayalan, dengan bentuk
istimewa. Istimewa karena kekuatan efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa
cara penuturannya. Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan sebagai bahan
kesenian di samping alat komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan
dikerahkan segala kemampuan yang ada pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama,
tekanan, suara, panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi,
posisi kata, ulangan kata/kalimat dimana perlu dikerahkan untuk mempertinggi
efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam karangan
umum.
Berbeda
dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra
banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Penggambaran yang
sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai
dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta
pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
Jika
ditelusuri lebih jauh, ragam berdasarkan cara pandang penutur dapat dirinci
lagi berdasarkan ciri :
(1)
kedaerahan
(2)
pendidikan
(3)
Sikap penutur
sehingga
di samping ragam yang tertera diatas, terdapat pula ragam menurut daerah, ragam
menurut pendidikan, dan ragan menurut sikap penutur. Ragam menurut daerah akan
muncul jika para penutur dan mitra komunikasinya berasal sari suku/etnik yang
sama. Pilihan ragam akan beralih jika para pelakunya multietnik atau suasana
berubah, misalnya dari takresmi menjadi resmi.
Penetapan
ragam yang dipakai bergantung pada situasi, kondisi, topik pembicaraan, serta
bentuk hubungan antar pelaku. Berbagai faktor tadi akan mempengaruhi cara
pandang penutur untuk menetapkan salah satu ragam yang digunakan (dialeg,
terpelajar, resmi, takresmi).
Dalam
praktek pemakaian seluruh ragam yang dibahas diatas
sering memiliki kesamaan satu sama lain dalam hal pemakaian kata.
Ragam lisan (sehari-hari) cenderung sama dengan ragam dialek, dan ragam
takresmi, sedangkan ragam tulis (formal) cenderung sama dengan ragam resmi
dan ragam terpelajar. Selanjutnya, ragam terpelajar tentu mirip dengan ragam
ilmu.
Dibawah
ini akan diberikan contuh ragam-ragam tersebut. Ragam ilmu sengaja
dipertentangkan dengan ragam nonilmu demi kejelasan ragam ilmu itu sendiri.
|
Ragam
|
Contoh
|
|
a.Lisan
b.Tulis
c.Dialek
d.Terpelajar
e.Resmi
f.Tidak
esmi
|
Sudah
saya baca buku itu.
Saya
sudah membaca buku itu.
Gue
udah baca itu buku.
Saya
sudah membaca buku itu
Saya
sudah membaca buku itu
Sudah
saya baca buku itu.
|
|
Ragam
|
|
|
Nonilmu
(nonilmiah)
|
Ilmu
(ilmiah)
|
|
– Ayan bukan
penyakit menular.
– Polisi
bertugas menanyai tersangka.
– Setiap
agen akan mendapatkan potongan.
– Jalan cerita
sinetron itu membosankan.
|
– Epilepsi bukan
penyakit menular.
– Polisi bertugas menginterogasi
tersangka.
– Setiap
agen akan mendapatkan rabat.
– Alur cerita
sinetron itu membosankan
|
Ciri-ciri
ragam ilmiah:
ü Bahasa Indonesia ragam baku;
ü Penggunaan kalimat efektif;
ü Menghindari bentuk bahasa yang bermakna
ganda;
ü Penggunaan kata dan istilah yang bermakna
lugas dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;
ü Menghindari penonjolan persona dengan tujuan
menjaga objektivitas isi tulisan;
ü Adanya keselarasan dan keruntutan
antarproposisi dan Antara linea.
Contoh
ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:
·
Dia
dihukum karena melakukan tindak pidana.(ragam hukum)
·
Setiap
pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis)
·
Cerita
itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
·
Anak
itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
·
Penderita
autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah
variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa
lisan dan bahasa baku tulis. Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para
penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta
menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam
bahasa lisan diharapkan para warga negara Indonesia mampu mengucapkan dan
memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan sebagaimana
pedoman yang ada.
3.2 Saran
Sebaiknya kita atau
siapa pun penduduk di Indonesia menggunakan ragam bahasa yang baik dan benar
sehingga keberadaan ragam bahasa itu sendiri tidak punah dengan adanya
bahasa-bahasa yang terkadang jauh dari aturan bahasa yang ada di Indonesia
bahkan bertentangan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Keraf,
Gorys. 1994. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. NTT: Nusa
Indah.
·
Rahardi,
Kunjawa. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta :
Penerbit Erlangga
·
Merry. 2011 . Makalah Ragam Bahasa. http://merrycmerry.blogspot.com/2011/10/makalah-bahasa-indonesia-ragam-bahasa.html
(Jum’at 21 November, 11.17)
·
Prayudhi, Irfanis. 2013 . Arti dan Fungsi Ragam Bahasa. http://irfanisprayudhi.wordpress.com/2013/09/30/arti-fungsi-dan-ragam-bahasa (Jum’at November, 11.17)
·
Bastian,
Yanson. 2011 . Pengaertian Bahasa dan
Ragam Bahasa. http://tugasmanajemen.blogspot.co.id/2011/03/pengertian-bahasa-fungsi-bahasa-ragam.html
·
Afrilia, Nita. 2010. Bahasa
Indonesia. http://nita-afrilia.blogspot.co.id/2010/10/ragam-bahasa-indonesia.html
0 komentar:
Posting Komentar